Beras merupakan
makanan pokok hampir setengah trilyun penduduk di dunia. Sebanyak 562 milyar
ton beras diproduksi dan dikonsumsi penduduk Asia (CGIAR,2005). Beras merupakan
sumber karbohidrat utama bagi penduduk Indonesia(Amang, 1991 dalam Rahayu
dkk,2004). Sumber pangan selain beras adalah jagung, ubi kayu, dan sagu, namun
tingkat konsumsi umbi – umbian mulai menurun seiring pertumbuhan gaya hidup dan
pola konsumsi masyarakat.
Pengadaan
beberapa jenis pangan nonberas tidak menyebabkan berkurangnya konsumsi beras.
Samad (2007) menjelaskan bahwa untuk mengatasi hal itu, dilakukan suatu
pengkajian yang mendalam tentang teknologi pembuatan beras tiruan dengan
menambahkan atau merubah sifat fungsionalnya agar tingkat organoleptik dapat
menyamai beras. Harijono (2001) menyatakan bahwa kandungan beras tiruan harus sesuai dalam hal kecukupan
kalori, dan pemenuhan jumlah mineral dan protein. Karakteristik yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan produk untuk mengurangi ketergantungan beras antara lain adalah
memiliki sifat praktis, mudah diperoleh, enak ( punel), warna dan aroma
menyerupai nasi dan ekonomis (Pustaka Deptan, 2004, Haryadi, 2006, dan Dhanik,
2007).
Parameter penting dalam menentukan mutu rasa
makanan pokok antara lain rasio amilosa-amilopektin, kandungan protein, suhu
gelatinisasi pati, pengembangan volume, penyeapan air, viskositas gel, dan
konsistensi gel pati (Haryadi,2006). Astawan (2004) menambahkan bahwa
perbandingan antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur, pera atau
lengketnya nasi, dan cepat atau tidaknya nasi mengeras. Semakin tinggi kadar
amilosa dalam beras, maka semakin keras dan pera nasi yang dihasilkan, hal
sebaliknya akan terjadi jika kadar amilopektin semakin tinggi maka akan semakin pulen dan lengket nasi yang
dihasilkan.
Proses pembuatan
beras tiruan secara umum meliputi pencampuran,pencetakan, pengukusan, dan
pengeringan. Perendaman dan pengukusan ditujukan aga terjadi gelatinisasi dan
pengembangan granula pati. Molekul pati yang mengalami gelatinisasi setelah
dikeringkan akan lebih mudah menyerap air kembali dalam jumlah besar (
Anwar,2004). Antaralina da Utomo(1999) menambahkan, penyajian makanan pokok
tiruan yangberbentuk kering perlu direndam dalam air dingin selama 5 menit dan
dikukus hingga lunak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar