MOCAF yang merupakan singkatan dari Modified Cassava
Flour merupakan tepung singkong terfermentasi yang sedang diupayakan dalam
program diversifikasi pemerintah. Potensi MOCAF untuk menjadi tepung substitusi
sangat dominan mengingat karakteristik fisik MOCAF hampir menyerupai tepung
terigu. Saat ini ketersediaan MOCAF sedang berkembang pesat, di koperasi gemah
ripah loh jinawi - Trenggalek pusat pengembangan MOCAF mencapai 100 ton pada bulan Oktober
di tahun 2008.
Grafik Produksi Tepung MOCAF Tahun 2008 |
Secara definitif, Modified
Cassava Flour merupakan produk tepung dari ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) yang diproses menggunakan prinsip
memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat yang
mendominasi selama berlangsungnya fermentasi ubi kayu tersebut. Mikroba yang
tumbuh menghasilkan enzim pektinolitik dan sellulolitik yang dapat
menghancurkan dinding sel ubi kayu sedemikian rupa, sehingga terjadi pembebasan
granula pati. Proses pembebasan granula pati ini akan menyebabkan perubahan
karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan
gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut (Subagio, 2006).
Selanjutnya, granula pati tersebut akan mengalami
hidrolisis menghasilkan monosakarida sebagai bahan baku penghasil asam-asam
organik, terutama asam laktat. Senyawa asam ini akan bercampur dengan tepung
sehingga ketika tepung tersebut diolah akan menghasilkan aroma dan cita rasa
khas yang dapat menutupi aroma dan cita rasa ubi kayu yang cenderung tidak
disukai konsumen. Saat fermentasi berlangsung, juga terjadi penghilangan komponen
penimbul warna dan penurunan kandungan protein yang dapat menyebabkan warna
coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna MOCAF yang dihasilkan lebih
putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa (Subagio, 2006).
Menurut Carsodo et
al (2005), proses fermentasi dapat mengurangi kandungan HCN dalam ubi kayu
sampai seperdelapan dari total HCN sebelum fermentasi. Pada penelitian yang
dilakukan Pujimulyani (2001), pengolahan biji koro benguk dengan Rhizopus oligosporus dapat menurunkan
kandungan HCN dari 340 ppm menjadi 30 ppm setelah biji koro benguk difermentasi
selama 48 jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar